PBA IAIN Manado – Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (HMPS PBA) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado pada Sabtu (03/10) sukses menggelar webinar dengan mengusung tema “Bahasa Arab dalam Perspektif Multikultural.“ Kegiatan ini merupakan program kerja pertama HMPS PBA FTIK IAIN Manado yang diselenggarakan secara virtual melalui aplikasi Zoom Cloud Meeting.
Antusiasme peserta telah terlihat sejak awal kegiatan. Sekalipun dilaksanakan secara daring, namun jumlah partisipan jauh melebihi ekpektasi penyelenggara. Kapasitas aplikasi Zoom Cloud Meeting yang terbatas yaitu hanya 100 partisipan membuat penyelenggara berinisiatif untuk menayangkan jalannya kegiatan secara live streaming via facebook pada akun HMPS PBA IAIN Manado agar peserta yang tidak kebagian ‘kursi’ pada room meeting tetap bisa mengikuti kegiatan.
Tampak hadir beberapa petinggi FTIK IAIN Manado seperti Dekan FTIK IAIN Manado; Dr. Ardianto, M.Pd., Wakil Dekan I FTIK IAIN Manado, Dr. Adri Lundeto, M.Pd.I, Kaprodi PBA FTIK IAIN Manado, Hasnil Oktavera, M.Pd.I, Kaprodi PAI FTIK IAIN Manado, Dra. Nurhayati, M.Pd.I, dan beberapa dosen yang berada pada lingkup prodi PBA maupun prodi lainnya seperti PAI, MPI, Perbankan Syari’ah, Ekonomi Syari’ah, dll. Kegiatan ini pun tidak hanya dihadiri oleh civitas akademik IAIN Manado, tetapi juga dihadiri oleh mahasiswa dan dosen lintas perguruan tinggi, seperti Kaprodi Pendidikan Bahasa Arab IAIN Parepare, Dr. Kaharuddin Ramli, M.Pd.I, bahkan turut dihadiri pula oleh peserta lintas agama. Hal ini diharapkan dapat menjadi bukti semangat multikulturalisme yang concern dikembangkan oleh IAIN Manado saat ini.
Setelah dibuka secara resmi oleh Dekan FTIK IAIN Manado, Dr. Ardianto, M.Pd, kegiatan webinar kemudian selanjutnya dipandu oleh Azhari Mamonto sebagai moderator untuk memandu dan mengarahkan jalannya webinar. Azhari selanjutnya memperkenalkan secara singkat profil Sulaiman Mappiasse, Lc., M.Ed., Ph.D sebagai narasumber.
Sulaiman Mappiasse mengawali dengan menyajikan beragam data, seperti data mengenai jumlah penutur bahasa Arab di dunia yang telah mencapai angka 422 juta jiwa dan tersebar di 22 negara. Negara-negara tersebut telah mendapatkan pengakuan dalam penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa nasional, 4 negara di antaranya belum diakui dan ada 7 negara dimana penggunaan bahasa Arab hanya berkisar pada kelompok minoritas. Narasumber juga mengemukakan data mengenai pencapaian negara-negara Arab dan Islam di masa golden age pada abad ke-8 hingga abad ke-13 bahwa dari 1,6 miliar penduduk negara-negara Islam hanya dua diantaranya yang mampu meraih penghargaan nobel, hanya melahirkan 9 ilmuan per seribu orang, hanya 1.800 universitas yang ada, hanya 320 universitas saja yang memiliki jurnal, dan dari 46 negara Islam, hanya 1 % yang menyumbang konstribusi untuk literatur ilmiah. Beragam faktor penyebab kemunduran sempat disebutkan oleh narasumber. Di antaranya adalah sikap anti politik, anti rasionalitas, anti ijtihad, dan tidak mengakui dikotomi agama dan sains.
Selain pemilihan tema yang berpijak pada visi kampus IAIN Manado untuk menjadi kampus yang berbasis multikultural, alasan lain pelaksana mengusung tema tersebut adalah untuk merubah cara pandang masyarakat umum terhadap bahasa Arab. Sebagaimana yang disampaikan pula oleh narasumber bahwa kita (baca: masyarakat) memperlakukan bahasa Arab hanya sebagai bahasa simbol/identitas tertentu, baik itu identitas kelompok, kesukuan, maupun keagamaan, sehingga mempersempit ruang bahasa Arab untuk diakses dan dipelajari. Menurutnya, seharusnya bahasa Arab dipandang sama kedudukannya dengan bahasa lainnya, yaitu menempatkannya sebagai bahasa komunikasi yang netral tanpa ada sekat simbol/identitas agar bisa diakses secara universal. “Bahasa Arab memungkinkan untuk dijadikan bahasa identitas, namun harus diberi ruang yang terbuka untuk digunakan sebagai alat komunikasi publik secara universal untuk berbagai kepentingan di sektor publik”, tambahnya.
Antusiasme peserta kembali terlihat saat moderator membuka ruang dialog antara peserta dan narasumber. Banyak pertanyaan yang diajukan. Di kesempatan pertama, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Manado, Dr. Ardianto, M.Pd mengambil bagian dengan menanyakan langkah praktis yang bisa ditempuh untuk memadukan atau mengelaborasi peran Bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi dan bahasa Arab sebagai bahasa identitas. Kemudian menyusul pertanyaan, mengapa negara Islam di era golden age hanya mampu meraih dua penghargaan paling prestisius (nobel).
Setelah berlangsung selama kurang lebih dua jam, kegiatan ditutup sesaat menjelang azan magrib berkumandang. Dalam bagian akhir webinar narasumber memberikan nasihat dan rekomendasi kepada para peserta agar tetap berpangku tangan dan bekerja sama serta menumbuhkan budaya literasi agar mampu menilai dan menempatkan sesuatu secara profesional dan proporsional, termasuk kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi dan identitas. (admin)